Rabu, 15 Juni 2011

GUGATAN SEBUAH HATI (15 juni 2011)

Rabu,  15 Juni 2011.

Hari yang cerah.
Setelah semalam di guyur hujan, gang kecil di depan Kosan saya  masih nampak basah dan hadirkan nuansa sejuk;  sedikit berbeda dari biasanya.

                Seperti biasa, saya menjalani rutinitas layaknya seorang taruna; awali pagi dengan mem’brasso’ atribut (mengelap hingga mengkilap).  Segera, keluar kamar langsung beranjak menuju pelataran balkon samping kiri kosan. Gapai sebotol brasso, sejurus kemudian, hanya jemari dan cairan kuning brasso yang bersinergi tuk hadirkan kesan kemilau di atribut yang akan saya kenakan bersama seragam PDH saya.


                Hari ini begitu berbeda dengan hari kemarin. Baik dari suasana di awal hari, maupun dari aspek kesiapan saya menjalani kehidupan saya pada trayek hari ini. Kondisi fisik saya benar-benar tidak fit dan tak siap tuk ikuti kegiatan perkuliahan hari ini.   Namun apa daya, mau tak mau, hari ini saya tetap harus ke kampus karena ada Ujian Tektonika Indonesia.

                Jangan ditanya mengenai kesiapan Otak saya tuk hadapi ujian tersebut. Dengan keadaan fisik yang lagi terserang Demam dan panas tinggi seperti ini, membuat otak saya tak mampu menjalankan tugasnya secara maksimal. Untuk berpikir pun, berat rasanya kepala saya ini. Namun karena ke’enggan’an saya untuk mengikuti ujian susulan sendirian, maka keputusan ini pun saya ambil; tetap kek kampus hari ini.

                Mandi. Siapkan diri ke kampus.

Detik sang waktu terus berlalu. Segala persiapan saya  pagi ini memakan waktu yang cukup lama, mengingat kondisi yang kurang fit ini, maka segalanya berjalan begitu slow, membosankan, dan ½ kehendak saya. Yah, ibarat saya berada di perbatasan antara “mau” dan “tak mau” tuk ke kampus.

                08.05.
 Saya beranjak ke kampus. Radius kampus saya dari kosan saya terbilang “agak” jauh bagi yang tak biasa berjalan kaki, namun bagi saya yang setiap hari begini, kesannya tak terlalu jauh.

                08.13.
 Saya memasuki areal 100m dari gerbang kampus. Di sini, saya berjumpa dengan 3 orang senior saya, 2 tingkat tiga dan 1nya tingkat dua. Saya pun membaurkan diri bersama mereka, dan menjadi satu pleton barisan. Kami berempat masuk ke kampus, tepat pkl. 08.20. Sesuai aturan, jam kehadiran kami Sudah terlambat. Karena berada dalam barisan, maka saya pun tetap mengikuti komando pemimpin barisan.  Sang komandan tidak memberikan aba-aba ataupun isyarat agar barisan yang dia komandani berbelok arah ke pos pemeriksaan kerapian oleh yang berwenang.  Dengan demikian, saya pun tetap pada barisan saya, melangkah pasti dengan sebuah penghormatan. Namun, tak berselang berapa detik, (ini bagian yang LUCU), saya pun di “paksa” keluar alias di copot dari barisan oleh seorang “Oknum yang berwenang” untuk mengikuti prosedur pemeriksaan. OKE. Saya fair; karena ini adalah ATURAN dan TATA TERTIB TARUNA. Saya pun ditanya perihal keterlambatan saya, dan saya mengiyakannya, bahwa pagi ini saya terlambat dan “PANTAS” untuk dihukum. Sportif. Saya langsung ambil jatah, push-Up!. (walau kondisi saya lagi tidak Fit). Hukuman  ini saya lihat sebagai ganjaran akan ketidak-disiplinan saya pagi ini. Saya jalankan dengan penuh kesadaran. Namun yang benar-benar Lucu sekaligus mengecewakan saya,:

"MENGAPA, ke-3 Orang TARUNA yang kedatangannya tadi TEPAT BERSAMA SAYA malah BEBAS MASUK KAMPUS tanpa ADA PEMERIKSAAN? Tanpa ada dakwaan bahwa sebagai TARUNA, mereka TERLAMBAT? Apakah ini kampus punya Nenek moyang mereka? Atau malah aparat yang berkapasitas tuk melakukan pemeriksaan, telah “luluh” karena satu dan lain hal?”

Sekali lagi, saya LUCU dan KECEWA. Tapi semua itu saya buang jauh- jauh; karena saya tahu bahwa saya bukan siapa- siapa dan tak berwenang apapun tuk melakukan protes. Biarkan Blog ini yang menjadi tempat curahan saya, sekaligus menjadi Prasasti bahwa hari ini, Rabu, 15 Juni 2011, ada ‘seseorang’ telah mempermainkan aturan dan tata tertib di depan mata saya. Memalukan; serta memilukan. Saya hanya berharap, waktu kan membalas Ketidak-adilan yang telah dia tunjukkan pagi ini. Mungkin kelak, sang kehidupan kan membalasnya. Ingat, HIDUP IBARAT RODA PEDATI, kan senantiasa berputar. Hidup tak selamanya statis, namun kan terus berputar,dinamis.
 Lucunya lagi, masa perihal “KEHIDUPAN” dan segala problematikanya seperti ini, masih harus saya ajarkan kepada anda, wahai Orang “BERPENGALAMAN” dan “KENYANG GARAM KEHIDUPAN?”…hmmm, i can't understand about this one!.. Confusing!

Di akhir tulisan saya ini, saya coba tuk memberikan sedikit persepsi saya mengenai aturan;
Bahwasannya aturan itu dibuat demi Keharmonisan bersama, bukan Satu dan lain pihak tertentu;  bukan pula untuk memperjelas perbedaan di antara kita, entah dari segi apa pun itu. Aturan itu juga melingkupi semua elemen dari aturan tersebut; tanpa terkecuali. Sekali lagi,; TANPA TERKECUALI.

Terima kasih.
Teriring salam dan Hormat;
ALEXANDER PARERA

Related Post:

0 komentar:

Posting Komentar

 
;