Senin, 31 Oktober 2016 0 komentar

LARANTUKA TOPOGRAPHIC MAP


Senin, 03 Oktober 2016 0 komentar

OKTOBER 2016. SUATU SENJA DI SEKITAR STAGEOF







Jumat, 15 April 2016 0 komentar

IIMS 2016








Hari yang indah.
Sungguh mengesankan.

Sabtu, 06 Februari 2016 0 komentar

GERHANA MATAHARI TOTAL MARET 2016




Ada satu fenomena yang bakal terjadi di tahun 2016, lebih tepatnya di Bulan Maret tanggal 9. Kejadian yang langka dan fenomenal yang berkaitan dengan Tata Surya dan semesta yang kita huni. Fenomena tersebut sudah menyita atensi masif para peneliti di seluruh Bumi. Satu hal yang menggembirakan, fenomena tentang Tata Surya tersebut dapat diamati langsung dari belahan Bumi yang kita huni; dari beberapa kota di Indonesia. Fenomena tersebut dikenal dengan nama Gerhana Matahari Total (Total Solar Eclipse).
Gerhana Matahari merupakan sebuah fenomena yang terjadi saat Matahari – Bumi – Bulan mengalami kesejajaran dan bayangan Bulan jatuh ke Bumi. 

Gerhana Matahari terjadi ketika Bulan berada pada fase bulan baru saat Bulan  berada di antara Matahari dan Bumi sehingga bayang-bayang Bulan akan jatuh ke permukaan Bumi. Secara sederhana, cahaya Matahari terhalang oleh Bulan. Tapi tidak semua area akan mengalami gerhana. Hanya area di Bumi yang dilewati oleh bayang – bayang Bulan yang akan mengalami gerhana.

Proses terjadinya Gerhana
Pada saat terjadi gerhana Matahari atau saat Bulan melintas di antara Matahari dan Bumi maka bayang-bayang Bulan akan membentuk kerucut umbra dan penumbra. Pengamat yang berada di kawasan penumbra tidak akan banyak mengalami perubahan karena sorot cahaya Matahari tidak akan mengalami perubahan drastis. Tapi cahaya yang diterima memang kurang dari 100% karena hanya sebagian cahaya yang tertutup oleh benda langit si pembentuk bayang – bayang.

Makin dekat dengan kawasan umbra, makin besar sorot cahaya Matahari yang tertutup oleh Bulan. Kawasan bayang – bayang umbra Bulan pada hakekatnya adalah suasana malam dan manusia dapat menyaksikan bintang dan planet seperti malam hari.  Tapi tak hanya itu. Tidak setiap gerhana Matahari yang terjadi akan membuat Bumi mengalami gelap sempurna seperti layaknya malam hari.

Bulan yang berdiameter 3476 km, bergerak mengelilingi Bumi dalam lintasan elips sehingga jarak Bumi-Bulan bervariasi dari jarak rata-ratanya yakni 384460 km. Variasi jarak Bumi – Bulan bisa mencapai maksimum 406767 km dengan jarak minimum 356395 km. Kombinasi diameter Bulan dengan jarak Bumi – Bulan menyebabkan piringan Bulan di langit atau diameter sudut Bulan juga bervariasi dari 29′ 22″ sampai dengan 33′ 31″. Rata-rata ukuran diameter sudut Bulan 31′ 5″.


Gambar : Ilustrasi Gerhana Matahari dari sudut pandang pengamat. (sumber : http://gerhana.langitselatan.com/wp-content/uploads/2015/02/gerhana-pengamat.jpg

Orbit Bumi mengelilingi Matahari dalam lintasan elips dengan eksentrisitas 0.016773. Artinya, jarak Bumi-Matahari tidak konstan. Ada saat dimana Bumi berada pada titik terdekatnya dengan Matahari yang dinamakan titik perihelion, dan di titik terjauh yang dinamakan titik aphelion.

Jarak rata-rata Bumi – Matahari (satu satuan astronomi = 1 AU) adalah 149 597 870. Pada kenyataannya jarak Bumi-Matahari bervariasi antara 147 091 312 km saat di perihelion sampai dengan 152 109 813 km saat di aphelion. Variasi jarak ini mencapai [(406700 – 356400)/((406700 + 356400)/2)] x 100% = 12% dari nilai jarak rata-rata. Bundaran Matahari di langit atau diameter sudut Matahari bervariasi dari 31′.46 – 32′.53, atau semidiameter sudut Matahari bervariasi antara 944″ hingga 976″.

Gerhana Matahari Total (GMT)

GMT terjadi saat piringan Bulan bisa menutupi seluruh piringan Matahari dan pengamat di Bumi berada dalam umbra Bulan.
GMT terjadi pada saat piringan Bulan sama dengan piringan Matahari atau tampak lebih besar dari piringan Matahari akibat variasi jarak Bumi – Bulan dan perbandingan diameter sudut Matahari terhadap diameter sudut Bulan yang juga bervariasi. Piringan Bulan akan tampak lebih besar dari piringan Matahari saat posisi Bulan dan Matahari berada di posisi terdekat dengan Bumi. Tapi bagi pengamat tidak akan ada perbedaannya.

Waktu maksimum terjadinya totalitas atau gelap sempurna ketika cahaya Matahari tertutup oleh Bulan adalah 7 menit 31 detik. Tapi pada umumnya totalitas terjadi lebih pendek dari waktu tersebut.



Apa saja yang bisa dilihat kala terjadi Gerhana Matahari Total?

Ketika Gerhana Matahari Total dimulai, seluruh piringan Matahari tidak langsung ditutupi oleh Bulan. Bulan akan tampak bergerak perlahan menyentuh matahari dan mulai menutupi wajah sang surya.

Pada awalnya, para pengamat akan dapat melihat Gerhana Matahari Sebagian ketika Bulan melakukan kontak pertama dengan Matahari dan kemudian tampak memasuki piringan Matahari. Setelah itu, akan terjadi kontak kedua ketika gerhana total dimulai dan hampir seluruh piringan Matahari ditutupi oleh Bulan. Pada tahap ini, para pengamat yang berada pada jalur totalitas yang dilewati bayangan umbra Bulan akan dapat melihat Baily’s Bead dan efek cincin berlian.

Ketika seluruh piringan Matahari tertutup sepenuhnya terjadilah gerhana maksimum atau totalitas. Pada tahap ini hanya korona Matahari yang akan tampak. langit menjadi gelap. Totalitas hanya berlangsung beberapa saat dalam hitungan detik sampai beberapa menit. Setelah totalitas berakhir, akan terjadi kontak ketiga saat bayangan Bulan mulai meninggalkan Matahari, dan sang Surya pun kembali menampakkan wajahnya dan para pengamat kembali menikmati gerhana sebagian. Dan untuk mengakhiri pertunjukan spektakuler itu, Bulan pun meninggalkan Matahari yang kembali utuh tampak di langit saat kontak keempat terjadi. Pada kontak ke empat inilah Gerhana Matahari Total berakhir.
Fenomena Saat Gerhana Matahari Total
Saat terjadi Gerhana Matahari Total, ada beberapa fenomena yang dapat dinikmati, di antaranya adalah:
  1. Baily’s beads atau bisa kita sebut manik-manik Baily merupakan fenomena yang akan tampak 10-15 detik sebelum dan sesudah totalitas. Saat Bulan menutupi Matahari, permukaan Bulan yang tidak rata menyebabkan sinar Matahari masih dapat melewatinya. Akibatnya pengamat di Bumi akan melihat fenomena gumpalan cahaya yang mirip manik-manik di tepi piringan Bulan. Nama manik-manik Baily diberikan menurut nama Francis Baily yang pertama kali memberikan penjelasan terkait fenomena cahaya tersebut.
  2.     Efek Cincin Berlian, terjadi setelah penampakan manik-manik Baily. Saat Bulan menutupi seluruh permukaan Matahari dan manik-manik Baily menghilang, akan ada satu manik-manik yang tersisa beberapa detik sebelum totalitas. Pada saat satu gumpalan cahaya ini tersisa, seluruh area lain Matahari sudah tertutup dan hanya korona Matahari yang tampak. Akibatnya lingkaran korona dipadu dengan satu manik-manik Baily akan tampak seperti cincin berlian
  3.  Kromosfer Matahari akan menampakan pendar kemerahan sesaat setelah efek cincin berlian menghilang dan saat Gerhana Matahari Total.
  4. Korona Matahari. Ketika Bulan sudah sepenuhnya menutupi piringan Matahari, maka lapisan korona Matahari akan tampak seperti cicin tipis dan redup yang mengelilingi Bulan saat totalitas.
  5. Pita bayangan. Sekitar 1 menit sebelum dan sesudah totalitas, akan tampak garis bergelombang cahaya gelap terang pada permukaan polos berwarna sebagai hasil dari cahaya yang dipancarkan oleh Matahari sabit yang dibiaskan oleh atmosfer Bumi.
  6. Planet dan bintang-bintang yang tidak tampak di siang hari karena tertutup sinar Matahari bisa dilihat saat Bulan menutupi Matahari
Prediksi NASA tentang Jejak Gerhana Matahari yang (akan) melintasi Indonesia

Berikut adalah beberapa lokasi kota di Indonesia berdasarkan prediksi Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) bakal menjadi jejak yang dilintasi bayangan Bulan saat terjadi Gerhana Matahari Total. Dengan kata lain, kita dapat mengamati langsung fenomena Gerhana Matahari Total jika kita berada di beberapa kota tersebut. 

Sekian dan terimakasih. Sekiranya dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian.
SALAM. (editor #AFTP) – dari berbagai sumber.
 
;