Jumat, 10 Juni 2011

MERPATI DI GANG SEROJA

Pagi yang indah.

Ku buka kembali mataku tuk menatap indahnya duniaku ini. Panjatkan Syukur dan terima kasih pada Sang Khalik Kehidupan, yang masih menganugerahiku satu hari lagi untuk Hidup.

Ku buka jendela kamarku. Perlahan ku hirup udara segar, udara yang fresh dan susah tuk didapatkan di lingkungan sekitar Kosanku ini. Sejauh mata memandang, hanya Gedung dan Pemukiman penduduk yang menjadi background visibilitas jika sudut pemandang dari kosanku ini.


Semuanya sama. Tiada yang nampak berbeda. Masih seperti kemarin, kemarin dahulu, dan sebelum-sebelumnya. Atap-atap rumah; Balkon; Jemuran pakaian; dan,…..SANGKAR MERPATI.

Tersentak diriku kala kutatap Objek terakhir tersebut. Ada beberapa ekor burung merpati yang begitu sibuk mengawali hari ini. Si pejantan, atau mungkin dia si betina; terbang lebih dulu meninggalkan sangkarnya dan tak sampai dua menit, dia telah kembali dengan paruh menjepit “sesuatu”. Entah apakah itu, aku tak tahu pasti. Pastinya, Itu adalah “sesuatu” yang dibutuhkan si Merpati.

           Mataku belum beranjak pindah dari objek yang sedang ku amati tersebut; MERPATI.  Kembali angan dan pikiranku terbang melayang dan  singgah pada rekaman  memori 3 tahun silam, saat pernikahan bibiku. Dari beberapa resepsi pernikahan yang pernah kuhadiri, 97% di antaranya memilih gambar  2 MERPATI yang sedang Berpadu Kasih.  
Lantas, aku bertanya: "MENGAPA harus Burung MERPATI? Tidak adakah gambar objek yang lain yang lebih bagus dan menarik sebagai penghias background pelaminan? " 
Dari sekian banyak yang kutanyai, hampir semuanya menjawab: “Karena burung Merpati adalah Burung yang SETIA”.        Jadi, itukah sebabnya, hampir setiap pasangan merepresentasikan dirinya dan kekasihnya dengan Gambar Dekoratif burung merpati pada background pelaminan mereka?

                Masih menatap sangkar merpati di seberang kosanku. Terbersit  tanda  tanya, kog bisa, jumlah Merpati di sangkar tersebut tak pernah berkurang? Lantas, ku temukan jawabannya; “karena Merpati adalah Burung yang SETIA, maka dia tak pernah mau dan tak kan pernah mampu  tuk meninggalkan pasangannya sendirian mengarungi hidup”. Betapa bahagianya para betina burung merpati, karena tak perlu takut dan khawatir pejantannya bakal selingkuh atau berpindah hati.

Lagi,  pandanganku belum beranjak pindah dari sangkar tersebut. Kesan yang kudapatkan pagi ini adalah DAMAI dan SEJUK.
                “Damai?”,
                Yah, DAMAI. Kog bisa yah, seumur umur, belum pernah sekalipun ku melihat adanya perkelahian atau rivalitas negative antar sesama  burung merpati. Sepertinya, tidak ada sama sekali sisi Jahat dari seekor merpati. Berbeda dengan ungags-unggas lainnya, misalnya Ayam; yang terkadang ganas saat harus berebutan cacing sebagai santapannya. Jujur, aku begitu salut dengan sifat merpati yang satu ini. Tidak pernah ada Dendam dalam hati si Merpati.    Lantas ku bertanya- tanya dan  ku menerka- nerka, apakah ini ada hubungannya dengan Fisiologi burung merpati?. .

Teringat pelajaran Biologi saat di bangku SMP. Ada keistimewaan dari system pencernaan Burung merpati;  yakni Burung merpati dalam system pencernaanya tidak mempunyai EMPEDU, sehingga tidak ada kepahitan yang tersimpan dalam hatinya. Apakah ini punya kaitannya dengan sifat merpati yang Bukan Pendendam  dan Pemarah ini?
      Mungkin ada benarnya juga. Demikianlah memang kenyataannya, bahwa burung merpati tidak mempunyai empedu. Demikian pula jadinya, Burung merpati tidak pernah Mendendam.
                Terpaku membisu di balkon kosanku, mebiarkan pikiranku melayang-layang mencerna sebuah konsep baru yang bisa kupelajari dari MERPATI di Gang Seroja….

Related Post:

0 komentar:

Posting Komentar

 
;