Kamis, 25 Oktober 2012. Adalah sebuah baut kecil dari
rangkaian rel panjang deret waktu yang harus ditempuh dalam hidup ini.
Oktober. Sebuah perhentian yang tidak begitu jauhnya dari penanda akhirnya
putaran satu tahun; Desember.
Desember 2012 yang saat ini masih menjadi periode dalam
misteri masa depan akan menjadi penghujung dari kisah hidupku di tahun 2012
ini. Tahun yang sempat dianalisis dan disinyalir bakal menjadi akhir dari masa
peradaban ini dengan mengacu pada perhitungan suku Maya. Whatever, terlepas
dari “akhir” yang semu itu; sesungguhnya adalah sebuah kepastian bahwa Desember
tahun ini akan menjadi akhir dari kisah manis yang kubangun kala kukenakan
seragam Taruna ku. Sesuai dengan kalkulasi kalender akademis kampus; maka
taruna Geofisika dan Instrumen 2009 – di mana diriku tercakup didalamnya- akan
dinyatakan lulus dan sesuai prosedur selanjutnya akan diperbantukan di berbagai
UPT BMKG yang tersebar luas di wilayah Zamrud Khatulitiwa ini.
---****---
“The Play is Over !”
Benarkah demikian; segala peran dari Sang Pemberi Hidup yang
kulakoni; segala sandiwara yang kujalani di atas panggung kehidupan dalam
episode “masa Taruna” kini telah memasuki epilog penutup? Benarkah semua itu
akan berakhir?. Jika Desember ini akan menjadi epilog penutup dari lakon
“Taruna” ku; lantas seseungguhnya, telah menanti sebuah lakon yang lebih sulit
untuk diperankan. Masih dalam Background
panggung yang sama namun dengan lakon yang praktisnya membutuhkan keterampilan
lebih. Sebuah lakon di mana koreografinya tidak hanya sekedar bergerak dalam
area seluas “Pondok Betung” saja; yang tidak hanya sekedar mengerjakan suatu
tugas ad hominem; yang implikasinya
hanya pada individu semata; semisal demi mengejar nilai mata kuliah tertentu.
Lakon baru yang harus kujalani tentunya lebih menantang; lebih menuntut pribadi
ini untuk berinteraksi langsung dengan “audience”
yang notabene’nya adalah khalayak umum; dan pastinya, segala yang kukerjakan
resikonya lebih besar dan mengatasnamakan bukan individu semata; tapi lebih
kepada instansi di mana ku bernaung.
Selepas Desember adalah sebuah kesempatan di mana diriku harus
berguru pada pengalaman; bukan sekedar pada slide-slide powerpoint yang dipresentasikan sebatas dinding kelas; bukan pada
deretan formula yang berjejer hitam-putih di atas whiteboard; bukan hanya sebatas meminjam buku di library dan mencari intisari yang
tersurat eksplisit dan tersirat implisit
di balik kertas-kertas jurnal para peneliti. Karena demikianlah adanya
bahwasannya “usus magister est optimus”;
“pengalaman adalah guru yang terbaik.” Time
to enrich knowledge by doing; not only learning. Saat yang tepat untuk
memperkaya wawasan ini dengan melakukan; bukan hanya sekedar membaca dan
mempersilahkan lobus otak untuk
berimajinasi.
-----****-----
13.00 WIB.
Sejumlah deretan seat,
meja, dan stand-alone microphone
serta 47 pasang telinga yang siang itu sedang berada di ruang rapat Akademi
Meteorologi dan Geofisika menjadi saksi dikumandangkannya aklamasi tentang
sebuah kepastian akan kelanjutan karier 47 taruna muda jurusan Instrumentasi
dan Geofisika angkatan 2009. Satu per satu nama dibacakan oleh Pak Direktur
selaku otoritas tertinggi AMG; demikianpun namaku.
“Alexander F. Taufan Parera; Penempatan : Stasiun kelas III Kepahiang,
Bengkulu “
Barisan kalimat singkat tersebut terserap begitu intens oleh
indera pendengaranku; dan selanjutnya terngiang-ngiang hingga salah satu
jendela sensitivitas saya terbuka untuk menyerap informasi tersebut.
Sebenarnya hal tersebut bukanlah sebuah surprise bagiku, mengingat sepekan yang lalu sudah ada bocoran info
penempatan tersebut. Namun kesannya berubah karena yang mengumumkan ini adalah
otoritas tertinggi untuk civitas akademika dan demikian berarti inilah
keputusan final dan resmi. Kepahiang, Bengkulu. Tempat perutusanku!
---***---
Masih ada 2 bulan yang harus kulalui dengan pertempuran otak;
masih begitu banyak kewajiban akademis yang harus segera kutuntaskan sebelum
meninggalkan kampus tercinta. Singkatnya, The
play isn’t over. Lakon taruna ku belum berakhir; tapi sebuah kepastian akan
lakon ku dalam episode selanjutnya sudah kuketahui. Absit malum omen. Semoga tak ada pertanda buruk. Semoga segalanya
akan berjalan mulus di penghujung masa ketarunaanku ini. Air laut telah
mengalami fase pasang naik; perahu telah siap berlayar; jala telah siap tuk
diterbarkan. Kini saatnya nyalakan pelita ‘tuk bertolak ke tempat yang lebih
dalam. Ke tempat yang lebih menantang. DUC IN ALTUM ! Ke tempat di mana “sense of seismologist”-ku akan lebih
terasah mengingat Bengkulu termasuk dalam zona seismic yang aktif di wilayah selatan
Sumatera. Apapun yang terjadi; betapapun kesan apa yang kan kudapatkan;
semuanya pasti akan menjadi indah; mengingat jiwa advonturirku sudah sedemikian
hasunya akan pengalaman baru yang lebih menantang!. Terimakasih Tuhan, ini
semua Rencana-Mu. Pakailah aku sebagai alat-Mu demi kemuliaan nama-Mu. Amien.
“FORTES FORTUNA IUVAT. Nasib Baik Selalu Berpihak Pada Yang
Berani.”
Duet Maut penempatan TUAL - Maluku.
Pasukan Cenderawasih - PAPUA.
Bersama Partner siap ekspansi ke pelosok Kepahiang, Bengkulu.
"Senyum kebahagiaan lepas penantian"
Kamar kost Bintaro;
Jumat 26
Oktober 2012.
1 komentar:
ayo mulai berekspedisi ;;;;;;;;;; :D
Posting Komentar