Tahun 2012
telah berlalu; yang tertinggal hanyalah sejuta kisah yang telah membeku abadi;
tersimpan dalam sebuah box bernama “ kenangan.”
Sambil menjalankan tugas Dinas shift malam ini, saya
sempatkan diri untuk mengajak pembaca sekalian untuk sekedar flashback ,
melihat kembali ke tahun 2012 yang baru saja terlewatkan.
Begitu banyak kejadian yang kita alami di tahun
2012. Dan saya yakin, di penghujung tahun 2012 kemarin, mayoritas dari
4.683.827 jiwa yang hidup di wilayah NTT tercinta ini memiliki “resolusi “-nya masing-masing. Sebagian
besar dari kita pastinya juga membuat sebuah refleksi kecil untuk waktu yang
telah kita gunakan dan hidup yang telah kita jejaki di tahun 2012 kemaren.
Namun apakah ada yang pernah me-review aspek kebencanaan yang sempat mengancam jutaan jiwa yang
hidup dan berdiam di wilayah NTT tercinta ini?
Melihat fakta yang menjadi bagian dari Sejarah,
wilayah NTT layak mendapat predikat sebagai wilayah yang rentan terhadap
bencana; khususnya bencana alam. Dan yang paling mencuri perhatian adalah
bencana Gempa Bumi dan Tsunami.
Bicara tentang gempabumi dan tsunami di wilayah NTT, tentunya membawa sejuta kisah dan kenangan tersendiri bagi generasi sebelum tahuni 2000-an.
Bicara tentang gempabumi dan tsunami di wilayah NTT, tentunya membawa sejuta kisah dan kenangan tersendiri bagi generasi sebelum tahuni 2000-an.
Di wilayah Barat dari NTT sempat menjadi perhatian
publik di tahun 1977.Tepatnya hari Jumat
tanggal 19 Agustus, terjadi gempabumi
dengan epicenter di Laut di sebelah Barat Daya pulau Sumba (118.6* BT – 11,8*
LS) dengan kedalaman fokus gempa 33 km. Gempabumi tersebut beimbas pada
kejadian Tsunami yang terkenal sebagai Tsunami Lunyuk 1977.
Selain itu, ada juga bencana pembawa kisah kelam bagi masyarakat NTT di
tahun 1992. Gempabumi di Laut Flores, di tanggal 12 Desember 1992 yang
menimbulkan Tsunami dan memporak-porandakan berbagai rumah dan pemukiman dari
daerah Ende, Maumere, Larantuka, hingga wilayah
Tanjung Bunga di ujung Timur pulau Flores . Tsunami sebagai akibat dari gempa
berkekuatan 6.4 SR tersebut menelan 2000-an jiwa dan benar-benar membawa dampak
buruk bagi penduduk di daerah Maumere dan sekitarnya.
Kemudian, gempabumi di Alor 2004, berkekuatan 6 SR dengan Epicenter 8.17* LS - 124.82* BT, yang terjadi pada tanggal 12 November 2004 dan
menewaskan 34 jiwa.
Singkatnya, wilayah NTT merupakan salah satu wilayah
yang rentan terhadap bencana gempabumi dan tsunami.
Nah, bagaimanakah aspek seismisitas wilayah NTT
terhadap bencana gempabumi pada tahun 2012 kemarin?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, bagi rekan-rekan
sekalian, saya buatkan sebuah peta seismisitas wilayah NTT berdasarkan data
dari Badan Survey Geologi Internasional
milik Amerika Serikat ; atau yang lebih dikenal dengan sebutan USGS ( United
States Geologycal Survey).
Data tersebut didownload dari website USGS, dan selama tahun 2012, tercatat ada 51 event/kejadian gempabumi yang terekam oleh seismograf USGS tersebut.
Data tersebut didownload dari website USGS, dan selama tahun 2012, tercatat ada 51 event/kejadian gempabumi yang terekam oleh seismograf USGS tersebut.
Berikut sebaran epicenter dari 51 event tersebut.
Berdasarkan data yang telah diolah dan disajikan dalam peta tersebut, nampak bahwa terjadi Lack of Seismicity atau semacam ada "kekosongan" atau istilah dalam Ilmu Seismology, disebut sebagai Seismic Gap, pada wilayah Utara dari Kabupaten Sikka (Pantai Utara Maumere, Sikka).
Ini tentunya patut menjadi perhatian segenap masyarakat NTT umumnya, dan penduduk kabupaten Sikka khususnya. Justru dengan jarang terjadinya gempabumi di wilayah tersebut yang jelas -jelas merupakan bagian dari Sesar Naik Belakang Busur Flores (Flores Back Arc Thrust), hendaknya menjadi suatu warning alami bagi kita, untuk senantiasa berjaga-jaga dan tetap waspada, jika kelak pada waktunya, akumulasi energi melewati batas maksimum, energinya dilepaskan dan termanifestasi dalam bentuk gempabumi tektonik yang juga mungkin memiliki potensi menimbulkan Tsunami.
Ini tentunya patut menjadi perhatian segenap masyarakat NTT umumnya, dan penduduk kabupaten Sikka khususnya. Justru dengan jarang terjadinya gempabumi di wilayah tersebut yang jelas -jelas merupakan bagian dari Sesar Naik Belakang Busur Flores (Flores Back Arc Thrust), hendaknya menjadi suatu warning alami bagi kita, untuk senantiasa berjaga-jaga dan tetap waspada, jika kelak pada waktunya, akumulasi energi melewati batas maksimum, energinya dilepaskan dan termanifestasi dalam bentuk gempabumi tektonik yang juga mungkin memiliki potensi menimbulkan Tsunami.
0 komentar:
Posting Komentar