PROPOSAL TUGAS AKHIR
ANALISIS SEISMISITAS DAN TINGKAT RESIKO TSUNAMI SEBAGAI HANDOUT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PADA ZONA INUNDASI
DI SEKITAR PELABUHAN LAUT L.SAY MAUMERE
Disusun oleh:
Alexander Felix Taufan Parera
13.09.2076
AKADEMI METEOROLOGI DAN GEOFISIKA
JAKARTA
PROPOSAL TUGAS AKHIR
1. Judul :
Analisis Seismisitas dan Tingkat Resiko Tsunami Sebagai Handout Pembangunan Infrastruktur Pada Zona Inundasi di Sekitar Pelabuhan Laut L.Say, Maumere
2. Penulis :
Nama : Alexander Felix Taufan Parera
NPT : 13.09.2076
Jurusan: Geofisika
A. JUDUL
Analisis Seismisitas dan Tingkat Resiko Tsunami Sebagai Handout Pembangunan Infrastruktur Pada Zona Inundasi di Sekitar Pelabuhan Laut L.Say, Maumere,kecamatan Alok kabupaten Sikka Nusa Tenggara Timur.
B. INTISARI
Pada rentang waktu satu dekade terakhir, kota Maumere sebagai ibu kota Kabupaten Sikka mengalami kemajuan yang cukup pesat seiring dengan pencanangan program Otonomi Daerah.
Para pelaku bisnis dan pengusaha yang datang ke Maumere semakin banyak. Sebagian daerah bekas inundasi Tsunami Flores 1992 kini telah menjadi lahan subur dalam dunia bisnis, semisal Pembangunan Pusat Perbelanjaan dan Perhotelan.
Pembangunan tersebut dilakukan seakan-akan tanpa memperhitungkan kembali tingkat resiko bahaya bencana khususnya Tsunami di Kabupaten Sikka.
Oleh karena itu, dilakukan penelitian untuk mengetahui tingkat seismisitas, kerawanan, kerentanan, dan resiko Tsunami di kabupaten Sikka.
Kata kunci: otonomi daerah, inundasi, tsunami, seismisitas
C. PENDAHULUAN
Pembangunan Infrastruktur sebagai dampak dari perkembangan ekonomi daerah yang semakin pesat memang bukanlah langkah salah atau keliru bagi para pelaku pembangunan tersebut.Adanya tuntutan dunia bisnis ,dalam hal ini bisnis Penginapan (perhotelan/home stay) dan bisnis Perdagangan pada kota Maumere yang secara geografis terletak pada titik strategis di kawasan Pantai Utara pulau Flores, memaksa kota Maumere dan segala elemennya menjadi lebih respinsif. Masyarakat yang dahulunya masih begitu tradisional dan hidup dalam kelas ekonomi menengah-ke bawah kini mau tak mau harus menyikapi perkembangan dunia sekitarnya.
Salah satu bentuk nyata untuk memajukembangkan Maumere tercinta adalah dengan meng’upgrade sarana pintu masuk jalur transportasi yang menjadi akses utama; yakni airport dan Seaport. Bandara Wai-Oti direhab dan fasilitas penunjangnya semakin diperlengkap; demikianpun dengan pelabuhan laut L.Say (dahulunya: Sadang Buy).
Pasca perbaikan dan pemugaran, ke dua tempat tersebut semakin ramai dan menjadi lebih hidup. Seiring pergantian waktu, daerah di sekitar bandara dan pelabuhan menjadi lebih ramai dan padat akan pemukiman.
Masalah yang timbul di sini yakni daerah di sekitar pelabuhan laut L.Say,Kecamatan Alok malah di jadikan lahan bisnis dengan didirikannya sejumlah bangunan yang didominasi bangunan Hotel dan pusat perbelanjaan. Sebenarnya semua itu bukanlah suatu masalah andai saja di zona tersebut bukanlah merupakan zona Inundasi pada rekaman jejak Tsunami Flores 19 tahun silam.
Oleh sebab itu, dilakukan perhitungan dengan metode geofisika dengan menganalisis data Tsunami yang pernah terjadi di wilayah kabupaten Sikka sehingga dapat menghasilkan suatu ukuran besaran tingkat Resiko Tsunami di wilayah tersebut dan sejauh mana kerentanan infrastruktur yang dibangun di sana
D. PERUMUSAN MASALAH
Tujuan Penulisan Proposal Tugas Akhir ini adalah :
Mengetahui nilai Seismisitas dan ukuran besaran tingkat resiko Tsunami di wilayah Kabupaten Sikka secara umum dan pada kecamatan Alok khususnya, pada zona Inundasi sekitar wilayah Pelabuhan Laut L.Say, Maumere.
Hasil penelitian juga diharapkan dapat menjadi acuan atau bahan pertimbangan dalam pembangunan infrastruktur pada zona inundasi tersebut; tanpa bermaksud mengesampingkan keindahan tata kota dari pemerintah setempat.
E. HIPOTESIS
Dari penelitian sebelumnya serta catatan sejarah, telah diketahui bahwa daerah sekitar pelabuhan L.Say di kecamatan Alok merupakan salah satu daerah yang termasuk rusak parah saat Flores dilanda bencana Tsunami pada 12 Desember 1992 silam.
Oleh sebab itu, dilakukan penelitian dengan metode Geofisika untuk menghasilkan besaran yang lebih akurat serta dapat dipercaya tentang seismisitas dan tingkat resiko Tsunami pada zona sekitar pelabuhan laut L.Say, Maumere.
F. LANDASAN TEORI
Istilah Tsunami berasal dari kosakata dalam bahasa Jepang, yakni Tsu yang artinya pelabuhan (harbour) dan Nami yang artinya gelombang (wave). Gelombang Tsunami berbeda dengan gelombang laut yang lazimnya. Gelombang laut pada umumnya bersifat kontinyu; sedangkan gelombang Tsunami tidak bersifat kontinyu melainkan bersifat insidentil karena ditimbulkan oleh gaya impulsif. Gaya impulsif tersebut muncul karena adanya kejadian atau gangguan pada dasar laut (seabed). Adapun gangguan-gangguan tersebut antara lain dikarenakan Gempabumi tektonik(Earthquake);longsoran (landslide),letusan gunung berapi (Volcanic eruption); dan juga bisa karena kasus-kasus luar biasa semisal jatuhnya asteroid ke laut. Dari berbagai gangguan tersebut,gempabumi tektonik bawah laut merupakan gangguan yang paling sering menyebabkan Tsunami.Adanya perubahan (dislokasi) pada lantai samudera(seafloor) secara impulsif/mendadak dapat berpengaruh terhadap kolom air di atasnya. Meski demikian,Tsunami tidak mutlak terjadi hanya karena adanya gempa tersebut; namun berikut ada beberapa persyaratan lingkungan yang bisa memungkinkan terjadinya tsunami; antara lain:
§ Gempabumi dengan hiposenter di laut dalam (>1000m)
§ Gempabumi dengan magnitude lebih besar dari 6,3 Skala Richter.
§ Gempabumi dengan gempa dangkal (<60 km).
§ Pola mekanisme focus dominan adalah sesar naik (thrust fault) pada batas lempeng divergent atau sesar turun (normal fault) pada batas lempeng konvergen
a)
.
b)
Gambar 1.a) animasi Encarta yang mendeskripsikan tentang terjadinya Tsunami akibat patahan (fault) pada dasar laut b.)Mekanisme terjadinya Tsunami akibat patahan dan propagasi gelombangnya.
Berikut beberapa prakondisi daerah pantai (morfometri) yang berpotensi tsunami; antara lain:
Ø Daerah pantai (seashore) yang berhadapan dengan sesar aktif (active fault).
Ø Daerah pantai yang berbentuk teluk (convergen)
Ø Daerah pantai dengan kelandaian rendah
Ø Daerah pantai dengan perbedaan kedalaman yang mencolok.
Dalam Proposal ini, peneliti akan melakukan penelitian mengenai Seismisitas dan kerawanan Tsunami.Analisis Seismisitas dan Tsunami oleh peneliti secara umum berbasis pada Sistem Informasi Geografis (SIG), atau lebih dikenal sebagai GIS-Geographic Information System.
GIS merupakan sebuah system informasi khusus yang digunakan untuk mengelolah data yang memiliki informasi spasial (bereferensi keruangan). Dalam arti sempit, GIS adalah Sistem computer yang memiliki kemampuan untuk membangun, menyimpan, mengelola, dan menampilkan informasi bereferensi geografis misalnya data yang diidentifikasi berdasarkan lokasinya dalam sebuah database.
GIS menjadi opsi peneliti mengingat hasil dari penelitian akan dioverlay dalam format grafis ( peta ) sehingga lebih informatif dan berdaya guna. Adapun GIS itu sendiri merupakan perangkat yang memiliki kemampuan untuk memvisualisasikan tingkat resiko tsunami serta hasil analisis Seismisitas.Dengan GIS, hasil analisis seismisitas akan disajikan dalam bentuk peta, yakni peta seismisitas.
Peta Seismisitas adalah peta yang menggambarkan tectonic setting plate (tatanan tektonik) pada daerah penelitian, yakni di sini adalah daerah Maumere, kabupaten Sikka. Adapun data mentah yakni data Gempa sebagai elemen utama peta Seismisitas bisa diperoleh dari hasil penelitian; namun mengingat terbatasnya waktu serta berbagai pertimbangan, maka peneliti menggunakan data dari BMG dan USGS untuk gempa-gempa yang terjadi dalam cakupan wilayah penelitian dengan range periode 100 tahun terakhir.
Pembuatan peta seismisitas itu sendiri terbagi menjadi 2 tahap, yakni tahap Pengumpulan data dan Pengelolaan data dengan GIS. Data mentah yang terkumpul (dari USGS dan BMG) kemudian diolah dengan GIS sehingga hasilnya akan di-overlaykan dalam format grafis, yakni berbentuk Peta.
Selain Peta Seismisitas, yang akan dihasilkan juga oleh peneliti adalah peta tingkat kerawanan Tsunami (Tsunami Risk Level Mapping) .
Pemetaan tingkat kerawanan Tsunami (Tsunami Risk Level Mapping) dilakukan dengan memetakan data tinggi run-up (data titik ketinggian Tsunami) berdasarkan data survey lapangan Tsunami Flores 12 Desember 1992. Data tinggi run-up Tsunami bisa diperoleh dari hasil survey langsung di lapangan. Dalam Survey tersebut, kita tidak hanya mutlak menghitung tinggi run-up Tsunami saja, namun ada beberapa parameter yang juga kita hitung. Secara keseluruhan, parameter-parameter yang kita ukur / hitung dalam survey tsunami antara lain:
· Tinggi Run-Up tsunami (level survey)
· Waktu tiba Tsunami (arrival time)
· Arah Propagasi gelombang tsunami (Tsunami Propagation direction)
· Kecepatan Gelombang Tsunami (Velocity and wave periode)
Menghitung tinggi run-up tsunami bisa menggunakan beberapa persamaan, sesuai dengan jenis form gelombang tsunami tersebut.Adapun jenis-jenis form gelombang tsunami antara lain: Sinusoidal wave; Stokes wave; Solitary wave; N-waves; dan Double N-Waves.
sinusoidal wave:
stokes wave:
solitary wave:
N-waves:
Double N-waves:
Berikut formula untuk menghitung tinggi Run-up maximum gelombang tsunami (Hmax) berdasarkan jenis form gelombang tsunami:
Untuk gelombang soliter (solitary wave):
(1.1)
Dimana
(m)
Untuk gelombang N (N-wave):
Simple N-Wave: (1.2)
Double N-Wave: (1.3)
Di mana:
(m)
Dengan data run-up yang ada, kita dapat menentukan besarnya ukuran kekuatan tsunami. Immamura(1949) dan Lida(1958) membuat skala magnitude tsunami sebagai berikut:
Magnitudo tsunami
(m)
|
Ketinggian tsunami/run-up H (m)
|
Kerusakan
|
-1
|
<0.5
|
Tidak ada
|
0
|
1
|
Sangat sedikit
|
1
|
2
|
Beberapa rumah di pantai rusak,Kapal terdampar di pantai
|
2
|
4-6
|
Kerusakan dan korban di daerah tertentu dekat pantai
|
3
|
10-30
|
Kerusakan sampai sejauh 400km dari garis pantai
|
4
|
>30
|
Kerusakan sampai sejauh 500km dari garis pantai.
|
Penentuan daerah rawan tsunami berdasarkan formulasi resiko tsunami di suatu daerah tertentu.Besaran resiko tsunami adalah rasio antara besaran dari bencana tsunami dengan besarnya usaha manusia untuk mengurangi dampak negatif tsunami(mitigasi).
Penentuan daerah rawan Tsunami dapat ditentukan dengan melihat kejadian sebelumnya ataupun melihat besarnya gempa yang sering terjadi di daerah tersebut (Harahap,2008). Tingkat kerusakan bencana Tsunami ditentukan oleh beberapa factor,antara lain:
1) Geologi dan Seismisitasnya,meliputi: episenter,bathimetri,pergeseran lempeng tektonik;sehingga dapat menentukan arah dan besar gelombang tsunami
2) Morfologi pantai,meliputi: geometrik kelandaian(slope) dan jenis litologi(batuan pembentuk pantai)
3) Vegetasi penutup dan lingkungan pantai
4) Penataan lokasi infrastruktur,perumahan, dan bangunan lainnya
5) Kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana tsunami
G. METODE PENELITIAN
Penelitian ini diawali dengan studi literature dan mencari informasi geologi daerah survey,mencari informasi data gempa dan tinggi run-up tsunami di daerah survey, kemudian dilanjutkan dengan orientasi di lapangan.Orientasi di lapangan bertujuan untuk mengetahui daerah survey dan morfologi pantai,serta kondisi geologi local yang nantinya akan berguna dalam penganalisaan geologi dan pencitraan secara grafis dengan GIS. Penecitraan dengan GIS akan menghasilkan Peta seismisitas dan peta resiko tsunami pada daerah survey tersebut.
H. PERALATAN
Peralatan utama yang digunakan dalam pengambilan data tinggi run-up adalah Level Survey.Level survey digunakan dengan memperhatikan juga Tide-Level correction. Peneliti juga menggunakan GPS sebagai map data dan penentuan koordinat lokasi, dan camera sebagai media pendokumentasian.Selain itu,peneliti juga menggunakan altimeter untuk menentukan lokasi ketinggian peneliti.
JOB
|
AGUSTUS
|
SEPTEMBER
|
OKTOBER
|
NOVEMBER
|
Studi Literature dan pengajuan proposal
| ||||
Pengambilan data
| ||||
Pengolahan data
| ||||
Pembuatan laporan dan konsultasi
| ||||
seminar
|
I. DAFTAR PUSTAKA
Bryant, E. ,2001, ”Tsunami:The Underrated Hazard”, Cambridge: Cambridge University.
Harahap, D. ,2008, “Pendahuluan Geofisika”, Jakarta: Akademi Meteorologi dan Geofisika.
Intergovernmental Oceanographic Commission of UNESCO, 2006, “Tsunami Glossary”, Paris.
Rilza Nur A. , 2008, “Estimasi Selisih Waktu Tiba Antara Penjalaran Gelombang Tsunami dan Gelombang Gempa di Beberapa Kota Pantai Selatan Jawa (Studi Kasus Gempa Bumi Pangandaran 17 Juli 2006 “, Jakarta : Akademi Meteorologi dan Geofisika.
0 komentar:
Posting Komentar